Malem
ini bandung masih dingin sama seperti kemaren. Eh tapi ini yang dingin emang
bandung atau cuma kosan gue aja ya? Soalnya tadi siang gue pesen galon ke
mamang mamang langganan dan waktu mamangnya masuk ke kosan gue eh dia nyeletuk
“wah kok dingin ya teh disini” dan gue pun langsung jawab “iya a’ emang”.
Seriusan loh ini bukannya gue pérés atau apa. Gak percaya? Sini main kosan
desti sini 😊 (jablay lo des 🔫😠)
Yesss
hari ini fenomena ‘om telolet om’ lagi hype banget dan menurut gue hari ini
adalah puncak puncaknya. Fenomena ini sebenernya udah muncul di twitter dari
kapan taun sebelum menyerang media social lainnya. Gue juga ngikutin soal
fenomena ini yang bagi gue itu emang ‘unik’. Dan tibalah di hari ini yang tiba
tiba fenomena ini NGEBOOOMM banget di timeline twitter gue. Dan hari ini juga
puncak dimana twitt para pesohor luar negri yang ikut menyoroti fenomena ini
di-retweet sana sini dan sampe ada beberapa DJ luar yang udah bikin versi EDM
nya. Dan melihat semua itu reaksi gue langsung ‘wiiih gokil nih Indonesia bisa
mengguncang dunia secepat ini’ dan gue juga beri applause karena menurut gue
ini emang ‘unik’. Hari ini gue ngikutin fenomena ini di timeline twitter dari
pagi tadi sampe sekarang (maklum balada mahasiswi smt 5 yang gak ada kuliah
kelas). Semakin siang semakin sore semakin malem gue perhatiin timeline gue
tentang fenomena ini tiba tiba jadi panas dan mulai ada beberapa orang yang
menyuarakkan keresahannya tentang fenomena ini. Awalnya kebanyakan dari mereka
yang menyuarakkan keresahan terhadap fenomena ini adalah public figure
tapi ternyata banyak respon serupa dari beberapa orang awam. Tapi suara mereka
tentang keresahannya ini ternyata banyak yang dapet respon negative dari
beberapa orang. Banyak orang yang menurut gue uratnya terlalu tegang
dalam menanggapi keresahan seseorang tentang suatu hal. Ya gue tau respon
respon itu negativ muncul karena mereka menyampaikan sesuatu yang berbeda,
karena pandangan mereka tentang sesuatu berbeda dengan pandangan yang ‘dianut’
oleh beberapa orang ini. Tapi apa yang mereka sampaikan menurut gue emang ada
benernya. Gak semua sesuatu itu selalu positif atau baik buat semua orang.
Inget boy segala sesuatu selalu punya dua sisi. Positif-negative. Tapi banyak
respon dari orang yang menganggap kalo mereka terlalu kaku, mereka gak bisa
diajak bercanda, mereka kurang piknik lah, mereka bla bla bla.
Gue
pribadi ngikutin fenomena ‘telolet’ ini dari beberapa hari yang lalu dan gue
enjoy ngikutin itu. Tapi tadi siang waktu gue buka instagram dan pada saat itu
gue liat semua komen di ig orang orang yang gue follow berubah jadi kolam
tulisan ‘om telolet om’ pada saat itu juga gue ngerasa risih dan ngerasa ‘apa
sih ini’. Komen itu emang bukan di akun gue. Tapi gue aja yang bukan si pemilik
akun aja gue ngerasa kayak gitu gimana mereka. Segala sesuatu dikomenin kayak
gitu, segala pokok bahasan dikomenin kayak gitu. Bagi gue itu annoy yang bener
bener annoy. Kecuali kalo orang tersebut emang lagi ngebahas atau postingan dia
emang berhubungan dengan fenomena itu dan kalo orang itu emang oke oke aja
dengan fenomena itu, dikomenin kayak gitu bagi gue itu fine fine aja dan
disitulah seharusnya komen fenomena tersebut berada.
Kalo
ada orang yang bilang ‘ah kaku lo’, ‘ah gitu aja diributin’, ‘ah gak asik lo’
dan berbagai komentar komentar negative lainnya, gue cuma mau bilang uratnya
lemesin dulu boy semua orang punya bahagianya sendiri, semua orang punya
pandangannya sendiri, semua orang punya seleranya sendiri, semua orang punya
perasaanya sendiri, semua orang berhak untuk menyampaikan keresahannya sendiri
dan semua orang gak bisa lo paksain buat punya selera humor yang sama, gak bisa
lo paksain buat okeoke aja buat nerima sesuatu, gak bisa lo paksain buat terima
terima aja. Gak bisa. Karena kita manusia pada dasarnya emang terlahir berbeda.
Semua orang punya mata sendiri sendiri buat memandang sesuatu dan setiap mata
punya fokus pandangannya masing masing. Fokus pandangan dia, gue, dan lo belum
tentu sama. Sederhananya aja ada cowok ganteng di suatu tempat dan dia, lo, gue
juga melihat ke arah cowok itu. Tapi walaupun sama sama melihat ke cowok itu,
fokus pandangan kita beda beda. Bisa aja fokus pandangan dia ke cowok itu adalah
matanya, bisa jadi fokus pandangan lo ke cowok itu adalah senyumnya, dan bisa
jadi fokus pandangan gue ke cowok itu adalah ke ‘sesuatunya’. Nah kan udah
beda. Gak bisa lo maksain kita harus fokus ke sesuatu yang lo fokusin juga. Lo
dengan seenaknya meng-kaku-kan kehidupan seseorang, lo dengan seenaknya
‘menghakimi’ seseorang dengan kata kata lo, lo dengan gampangnya menyuruh orang
harus sama. Dan sikap kayak gitu adalah salah satu daftar mentality dari orang
indo yang gue pribadi gak suka.
Mereka
yang resah sama fenomena ini bukan ngelarang lo buat gak nerusin fenomena ini,
mereka bukan membatasi kebahagiaan lo, bukan juga tidak menghormati sudut
pandang lo. Bagi gue mereka yang menyuarakkan keresahan ini malah menghargai
sudut pandang kalian. Kenapa gue bisa bilang begitu? Karena sebenernya inti
dari keresahan mereka adalah spamming yang berlebihan (komen maupun mention) di
akun akun mereka yang sebenernya gak kontekstual. Mereka sebenernya
mempersilahkan lo mau ngapain aja sama fenomena ini, mereka sebenernya
mempersilahkan lo bahagia dengan cara lo sendiri, mereka sebenernya
mempersilahkan lo buat berbuat sesuka lo tapi dengan tetap memperhatikan
situasi dan kondisi. Dan mereka menginginkan juga itu semua dari lo. Mereka
mempersilahkan lo hidup dengan cara lo sendiri dan juga sebaliknya mereka
menginginkan lo membiarkan mereka hidup dengan cara mereka sendiri. Masak iya
apa apa harus sama, harus sejalur, harus se-sisi, harus sepandangan. Kalo gitu
monoton banget hidup lo. Dan itu adalah point utama yang bikin gue sebel
sendiri dari respon orang orang terhadap pandangan yang menyuarakkan keresahan
dari fenomena ini.
Tapi suara
suara keresahan yang mereka suarakkan bagi gue beberapa ada yang tidak sesuai. Mereka
asal berbicara, mereka asal mengeluh, tanpa memilah kata katanya. Mereka merasa
mereka yang harus dimengerti dalam kondisi ini tapi mereka tidak memperhatikan
hak orang lain juga. Ada beberapa twitt keresahan tentang fenomena ini yang
sampe pake kata-kata bodoh dan serupanya. Walaupun itu adalah yang memang
mereka pandang dari fenomena ini, setidaknya mereka harus tetap memilah
kata-kata. Karena manusia tidak bisa mengecap manusia itu bodoh hanya dari
selera mereka. Sekali lagi manusia itu beda beda begitupun dengan selera dan
pandangannya terhadap sesuatu.
Intinya
di dunia ini semua orang dibebaskan untuk berbuat apapun tapi jangan juga tidak
peduli dengan bagaimana keadaan orang lain. Manusia memang terlahir sebagai
makhluk yang berbeda beda tapi jangan lupa juga kalo manusia adalah makhluk
sosial. Berbuatlah sesuatu yang bisa lo pertanggungjawabkan, berbuatlah sesuatu
yang tidak mengganggu privasi orang lain, berbuatlah sesuatu yang tidak menebar
kebencian. Kalo ungkapan “unity in diversity” susah untuk lo cerna, cara
gampangnya itu mulailah belajar saling menghormati pandangan dan pendapat
orang. mulailah saling menghargai sesama manusia yang memiliki hak untuk hidup
dengan caranya masing masing. Oiya sampe sekarang gue pribadi juga masih
menikmati new something unique from fenomena "om telolet om" kok.
“We just need respect to each other even though she/he younger than us nor she/he just different”